Tradisi Ngejot, Tetap Lestari bagi Umat Muslim dan Hindu di Bali

- 15 September 2021, 13:57 WIB
Perwakilan Peradah menyerahkan sembako saat melaksanakan Peradah Ngejot di Desa Subaya Bangli. Tradisi Ngejot, Tetap Lestari bagi Umat Muslim dan Hindu di Bali.
Perwakilan Peradah menyerahkan sembako saat melaksanakan Peradah Ngejot di Desa Subaya Bangli. Tradisi Ngejot, Tetap Lestari bagi Umat Muslim dan Hindu di Bali. /dok. Peradah/

Cucu tokoh Bali IGB Sugriwa yang bernama IGB Agung Suddhajinedra HS ini menambahkan, Tradisi Ngejot sebagai ungkpan rasa terimakasih.

Baca Juga: Membaca Lebih Dalam 'Karakter' Orang Yang Lahir Hari Selasa

Seperti pada upacara Yadnya, misalnya, keluarga wajib untuk memberikan Pengwales (membalas) kebaikan kepada anggota keluarga atau Banjar yang sudah membantu/ memberi kebaikan (Ngejot).

"Ngejot juga bisa diartikan sebagai ikatan persaudaraan. Dalam upacara Galungan misalnya, masyarakat saling memberi makanan. Ini sebagai bentuk rasa kekeluargaan, supaya upacara tersebut dirasakan oleh tetangga atau masyarakat sekitar," kata IGB Agung Suddhajinedra HS.

Selain Ngejot, masyarakat Bali juga mengenal “Menyama Braya”. Menurut Ketua Umum Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Wisnu Bawa Tenaya, Menyama Braya merupakan kekayaan yang utama dalam hidup, jalan untuk menggapai kebahagiaan dan keharmonisan hidup (dharma santhi).

Baca Juga: Penting Untuk Diketahui, Antara Gaya Hidup vs Kualitas Hidup

Menyama Braya mengandung makna persamaan, persaudaraan, serta pengakuan sosial bahwa setiap orang bersaudara atau keluarga. Istilah ini juga mengandung pengertian, menghargai perbedaan dan menempatkan orang lain sebagai keluarga.

"Menyama Braya dalam dinamika dan interaksi masyarakat Bali, berguna untuk terciptanya integrasi sosial di tengah pluralitas agama, etnis, dan budaya. Di sinilah tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang universal, asah, asih, dan asuh kepada sesama, dan bahkan alamnya," kata Wisnu Bawa Tenaya.

Wisnu Bawa Tenaya menjelaskan, filosofi dasar yang menjiwai kehidupan sosial masyarakat Bali tertuang dalam Tri Hita Karana. Yaitu, ajaran tentang tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan Tuhan.

Baca Juga: Penampilan Wanita yang Menarik Pria, Ini Kategorinya

Halaman:

Editor: M. Irzal

Sumber: kemenag.go.id


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah