Ilmuwan Singapura Ubah Sisa Kulit Durian Jadi Perban Gel Anti Bakteri

- 23 September 2021, 15:54 WIB
Ilmuwan Singapura Ubah Sisa Kulit Durian Jadi Perban Gel Anti Bakteri.
Ilmuwan Singapura Ubah Sisa Kulit Durian Jadi Perban Gel Anti Bakteri. /Reuters


Portal Bojonegoro - Teknologi di Negara Singapura terus berkembang, baru - baru ini ilmuwan Singapura tersebut memanfaatkan sisa kulit durian.

Ilmuwan yang berasal dari Nanyang Technological University di Singapura berhasil mengembangkan limbah makanan dengan mengubah sisa-sisa kulit durian menjadi perban gel antibakteri.

Dimana sisa kulit durian melalui proses dengan mengekstrak bubuk selulosa dari sekam setelah diiris dan dikeringkan, kemudian dicampur dengan gliserol.

Baca Juga: Prancis Kesal Australia Diizinkan Buat Kapal Selam Nuklir

Campuran tersebut kemudian menjadi hidrogel lunak, yang kemudian dipotong menjadi strip perban.

"Di Singapura, kami mengonsumsi sekitar 12 juta durian per tahun, jadi selain dagingnya, kami tidak bisa berbuat banyak tentang kulit dan bijinya dan ini menyebabkan pencemaran lingkungan,” kata Profesor William Chen, direktur program ilmu dan teknologi pangan, dikutip Pikiran Rakyat dari Reuters, Selasa, 21 September 2021.

Biasanya limbah lingkungan berasal dari kulit buah durian yang dibuang atau dibakar sehingga terjadi penumpukan sampah.

Baca Juga: Enam Negara yang Memiliki Kapal Bertenaga Nuklir Di Dunia

Kulit durian yang digambarkan di samping cawan Petri berisi lembaran hidrogel selulosa yang terbuat dari buah.

Selain itu, kulit durian digambarkan di samping cawan Petri berisi lembaran hidrogel selulosa yang terbuat dari buah.

Professor Chen menambahkan bahwa teknologi tersebut juga dapat mengubah limbah makanan lainnya, seperti kacang kedelai dan biji-bijian bekas, menjadi hidrogel, membantu membatasi limbah makanan negara.

Baca Juga: Britney Spears dan Pangeran Harry, Masuk 100 Tokoh Berpengaruh di Dunia

Dari hasil keilmuan tersebut, jika dibandingkan dengan perban konvensional, perban organo-hidrogel juga mampu menjaga area luka lebih dingin dan lembab, yang dapat membantu mempercepat penyembuhan.

Selain itu Peneliti menggunakan bahan limbah dan ragi untuk perban antimikroba lebih hemat biaya daripada produksi perban konvensional, yang sifat antimikrobanya berasal dari senyawa logam yang lebih mahal seperti ion perak atau tembaga.***

Editor: M. Irzal

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah