Banyuwangi dan Legenda Dibalik Kesetiaan Seorang Isteri

4 Januari 2022, 20:32 WIB
Banyuwangi dan Legenda Dibalik Kesetiaan Seorang Isteri. /

Portal Bojonegoro – Kota Banyuwangi merupakan kota paling timur di Pulau Jawa, ternyata dibalik nama Kota Banyuwangi memiliki legenda yang belum diketahui oleh banyak orang.

Legenda tersebut diketahui oleh masyarakat asli Banyuwangi yang menceritakan kisah kesetiaan seorang isteri yang erat kaitannya dengan dua kata pada nama kota tersebut.

Yakini Banyu dan Wangi yang berarti harum, legenda tersebut bermula dari raja Kerajaan Sindureja, seorang patih dan istrinya yang setia.

Dikutip dari Hipwee Dilansir Kompas.com dari “Cerita Rakyat dari Banyuwangi” dikutip karya Suripan Sadi Hutomo dan E. Yonohudiyono, ihwal nama Banyuwangi berasal dari legenda tentang seorang raja yang diyakini memimpin Kerajaan Sindorejo di bagian timur Pulau Jawa. Raja tersebut bernama Sulahkromo.

Baca Juga: Kisah Nelayan Yang Gemar Bersholawat, Namun Keliru Bacaannya

Cerita bermula dari sini. Dikisahkan bahwa Raja Sulahkromo memiliki seorang patih nan setia bernama Sidapaksa yang beristrikan Sri Tanjung.

Diceritakan pula kalau Sri Tanjung ini merupakan seorang yang cantik lagi baik, dan setia kepada suaminya.

Long story short, Raja Sulahkromo terpikat dengan pesona Sri Tanjung. Namun, karena tahu perempuan tersebut adalah istri yang setia kepada suami, sang raja pun putar otak dan merencanakan sesuatu agar dapat mendekati Sri Tanjung.

Raja Sulahkromo bersiasat agar bisa mendekati Sri Tanjung

Rencana pertama sang raja adalah menjauhkan Patih Sidapaksa dari sang istri. Ia memerintahkan sang patih nan setia itu untuk menjalankan sebuah misi yang terbilang sangat sulit, yaitu mendapatkan dua benda keramat berupa tiga lingkar emas dan tiga gulung janggut putih sebagai persembahan untuk Kerajaan Sindurejo.

Meski tahu dua benda keramat tersebut kemungkinan hanya dapat dijumpai di Negeri Indran nun jauh, sang patih dengan kesetiannya pada raja Sulahkromo manut.

Ia pergi melaksanakan titah sang raja dengan meninggalkan sang istri seorang diri hingga kapan yang belum bisa dipastikan.

Baca Juga: Menikmati Wisata Sejarah Kabupaten Jember Sambil Berkeliling Kota

Setelah Patih Sidapaksa pergi, Raja Sulahkromo pun berupaya mendekati Sri Tanjung. Berbagai rayuan manis ia alamatkan kepada perempuan tersebut.

Tak jarang pula ia membujuk Sri Tanjung agar mau diperistri, dan menyebut kalau Patih Sidapaksa telah gugur dalam misi sulit tersebut.

Rangkaian kalimat manis dan kebohongan yang ditebar sang raja ternyata nggak memengaruhi Sri Tanjung. Ia menolak berbagai upaya sang raja karena yakin suaminya masih hidup dan akan pulang ke pelukannya suatu hari nanti. Keyakinan Sri Tanjung ini terbukti benar.

Sri Tanjung dan banyu yang mengeluarkan aroma wangi

Patih Sidapaksa berhasil menjalankan tugasnya. Sesampainya di Kerajaan Sindurejo dengan selamat bersama dua benda keramat yang diminta, sang patih langsung menghadap sang raja melaporkan keberhasilannya.

Di sisi lain, keberhasilan Patih Sidapaksa merupakan ketidakberhasilan Raja Sulahkromo.

Di sini sang raja yang kesal memainkan rencana baru. Ia mulai menebar fitnah kepada Patih Sidapaksa dengan menyebut Sri Tanjung telah menggoda dirinya selama sang patih pergi menjalankan titah.

Sang patih yang amat setia dengan sang raja percaya. Ia mulai murka dan mempertanyakan kesetiaan sang istri.

Baca Juga: Kenali Jawa Timur, 9 Kota dengan 29 Kabupaten dan Memiliki 5 Kota Terkaya

Dikuasai oleh kemurkaan, Patih Sidapaksa tanpa mencari tahu kebenaran ucapan sang raja berjalan pulang untuk menemui sang istri. Tanpa salam apalagi pelukan, keris ia hunuskan kepada sang istri yang diyakini bersalah hingga sekarat.
Di ambang kematiannya, Sri Tanjung ingin membuktikan kalau dirinya tidak seperti ucapan sang raja.

Sri Tanjung meminta Patih Sidapaksa untuk dapat melarungkan jasadnya ke sebuah sungai. Jika air sungai tempat jasadnya dilarung mengeluarkan bau busuk, kata Sri Tanjung, maka apa yang diucapkan Raja Sulahkromo tentang dirinya adalah benar.

Namun, jika air sungai tersebut mengeluarkan bau harum, maka kenyataan sebenarnya adalah yang sebaliknya.

Seperti sudah bisa kamu tebak, air sungai tempat jasad Sri Tanjung dilarung mengeluarkan bau harum. Patih Sidapaksa dengan berurai air mata dan penuh penyesalan, seakan berteriak kepada sang istri yang telah meninggal menyuarakan kalimat “banyu wangi”.

Nah, itu dia legenda yang konon membentuk Kota Banyuwangi hingga saat ini. Meski begitu, sebagaimana legenda pada umumnya, kisah ini tidak bisa dipastikan kebenarannya.

Namun, buku “Cerita Rakyat dari Banyuwangi” menyebutkan kaki Gunung Raung yang berada di tiga kabupaten meliputi Banyuwangi, Bondowoso dan Jember ini merupakan lokasi dari Kerajaan Sindureja.***

Editor: M. Irzal

Sumber: hipwee.com

Tags

Terkini

Terpopuler