PORTAL BOJONEGORO - Seorang ahli virologi terkemuka Dr Yong menjelaskan ada perbedaan penyebaran cacar monyet di Afrika dan di Eropa.
Menurut dr. Yong Poovorawan, Setelah menyoroti penyebaran virus yang mengkhawatirkan di dua benua ini, ternyata terdapat perbedaan cara penyebarannya di Afrika dan Eropa.
Perlu diketahui bahwa, cacar monyet adalah virus zoonosis langka yang terjadi terutama di bagian-bagian terpencil Afrika tengah dan barat.
Baca Juga: Segera Singkirkan! Sejumlah Benda Ini Pembawa Sial, Seisi Rumah Bisa Sakit Aneh dan Rezeki Kabur
Penyakit ini ditularkan dari hewan ke manusia.
Bisa ditularkan melalui kontak dengan darah, cairan tubuh atau lesi kulit atau mukosa hewan yang terinfeksi.
Karena sumber penularannya dari hewan, hanya sedikit kasus cacar monyet yang ditularkan dari manusia ke manusia.
Baca Juga: Anak Komedian Sule, Putri Delina Mencurahkan Isi Hatinya Sambil Menangis di Depan Maia Estianty
Dilansir dari National Thailand Pada Rabu 8 Juni 2022, Dr Yong menyoroti 4 perbedaan antara penyebaran cacar monyet di Afrika dan Eropa.
Berikut keempat perbedaan penyebaran penyakit cacar monyet di Afrika dan Eropa.
1. Usia
Afrika - ditemukan di setiap kelompok umur dari anak-anak berusia di atas 1 hingga orang tua berusia di atas 60
Eropa – ditemukan pada individu berusia antara 20 dan 50
Baca Juga: Bakal Cair Bulan Juni 2022, Begini Cara Cek Penerima Bansos PKH Secara Online
2. Jenis Kelamin
Afrika – Dua pertiga adalah pasien laki-laki, sepertiga perempuan
Eropa – 98-99 persen kasus adalah laki-laki, 1-2 persen perempuan
3. Transmisi
Afrika – dari hewan ke manusia, terutama melalui hewan pengerat seperti tikus
Eropa – Tidak ada laporan tentang penularan dari hewan ke manusia, hanya dari manusia ke manusia; beberapa penelitian melaporkan bahwa penyakit ini dapat menyebar melalui hubungan seksual
Baca Juga: Bansos PKH Tahap 2 Cair Bulan Juni 2022, Cek Besarnya Cara Melihat Nama Penerima Berikut Ini
4. Lesi
Afrika – ditemukan di bagian tubuh di luar pakaian seperti tangan, kaki, wajah dan leher
Eropa – ditemukan di bagian tubuh yang tersembunyi di balik pakaian, dengan 30 persen melaporkan lesi pada organ seksual.***
Artikel Rekomendasi