Wabah PMK Meningkat, Peternak Akui Penjualan Menurun

- 4 Juli 2022, 13:31 WIB
Para peternak sapi di Bali harus rela merugi karena ternak sapi mereka terjangkit PMK dan harus dimusnahkan.
Para peternak sapi di Bali harus rela merugi karena ternak sapi mereka terjangkit PMK dan harus dimusnahkan. /

PORTAL BOJONEGORO - Wabah PMK Meningkat, Peternak Akui dampak buruknya lebih dari Covid 19.

Dampak meningkatnya Wabah PMK, pemerintah Majalengka dimintai keterangan untuk menyikapi kondisi ini menjelang Idul Adha.

Bupati Majalengka Karna Sobahi meminta para peternak, konsumen serta pihak lainnya untuk tidak menggeneralisasi wabah PMK tersebut.

Baca Juga: Kebiasaan Ini Menyebabkan Ginjal Rusak

Pasalnya sikap itu dinilai dapat membuat panik para peternak, dan memicu kekhawatiran konsumen yang akan membeli hewan ternak.

Menurut Bupati, para peternak tidak perlu panik dengan kondisi ternaknya. Sebab pemerintah berupaya terus memberikan pendampingan, serta diupayakan tidak melakukan pengiriman sapi dari luar daerah terutama daerah-daerah yang terjadi kasus PMK.

Selain itu, jangan khawatir dengan sepinya pembeli karena konsumen akan mencari sapi yang benar-benar sehat, seperti yang dimiliki para peternak di Majalengka.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Sarapan Enak, Biar Di Pagi Hari Gak Lemes

“Peternak sebaliknya harus merasa percaya diri kalau hewan kurbannya dalam kondisi sehat ditengan munculnya wabah penyakit PMK di luar Majalengka. Yang harus dilakukan peternak adalah lebih giat menawarkan ternaknya dengan jaminan kesehatan ternak,” ungkap Bupati.

Ternak-ternak di Majalengka dibekali surat keterangan sehat atau sertifikat sehat yang diterbitkan labolatorium atau tenaga dokter yang melakukan pemeriksaan setiap saat.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Iman Firmansyah mengungkapkan hewan ternak untuk potong dan kurban semua adalah ternak lokal. Karena pihaknya terus memperketat pengiriman sapi dari luar daerah.

Baca Juga: Inilah 3 Kebiasaan Yang Disukai Tubuh

Hal tersebut disetujui para pedagang hewan kurban di Pasar Induk Bojong Pakuwon, Kecamatan Dawuan dan peternakan di Desa Cijurey, Kecamatan Panyingkiran.

Mereka mengaku ternak yang diperjualbelikannya langsung dibeli dari peternak lokal karena mereka telah memelihara ternak beberapa tahun sebelumnya untuk dijual pada saat lebaran sekarang.

“Dulu kami menjual ternak ke para peternak, setelah mereka pelihara ternaknya kami beli kembali. Jadi ternak ini semua ternak lokal. Kalau kehabisan barang di peternak Majalengka kami mendatangkan dari wilayah Palasari perbatasan Majalengka dan Sumedang,” ungkap pedagang hewan Edi asal Desa Heuleut, Kecamatan Kadipaten.

Baca Juga: Jemaah Indonesia Bersiap Untuk Wukuf

Hal yang sama disampaikan Oleh dan Asep, peternak di Cijurey, yang mengatakan ternak yang dijualnya semua ternak lokal dan belum pernah mendatangkan ternak dari luar daerah.

Selain kebutuhan masih bisa dipenuhi dari peternak lokal, juga sebagai langkah kewaspadaan ternak luar terkena PMK yang akan merugikan peternak lain.

Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia berpengaruh pada daya jual hewan kurban menjelang Idul Adha pada 10 Juli 2022. Para peternak harus putar otak untuk mencari cara agar ternaknya terjual.

Semantara dilansir Portal Bojonegoro dari Pikiran Rakyat Seorang peternak asal Kota Sukabumi, Nasir Bajri (47) mengatakan, kurang dari dua pekan ini, belum ada satu pun sapi kurban yang terjual.

Bahkan, masyarakat yang sekadar bertanya pun masih nihil.

"Orang masih ketakutan dengan kasus PMK ini. Biasanya, selesai Syawal itu sudah mulai ada yang terjual," sebut Nasir.

Baca Juga: 5 Sayuran Ini Dapat Turunkan Kolestrol Dengan Cepat. Simak Penjelasannya

Nasir mengatakan, kondisi itu berbanding terbalik dengan tahun lalu saat pandemi. "Pas Covid masih bisa terjual 20 ekor walaupun ada penyekatan di jalan. Kalau kena PMK, sudah ampun, banyak ruginya," tuturnya.

Nasir menghindari membuka lapak di pinggir jalan. Menurut dia, kebanyakan mereka berasal dari Jawa dan dikhawatirkan terpapar PMK.

Harga sapi kurban yang dia jual berkisar Rp60.000- Rp65.000 per kilogram.

"Rata-rata harga Rp20 juta itu bobotnya sekitar 300-350 kilogram. Harapannya, setelah divaksin, sapi-sapi bisa sehat, tidak ada lagi yang terkena wabah PMK," ujarnya.***

Editor: Ainur Rofik


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x